Pengertian Istidraj: Kenikmatan yang Menyesatkan, Ujian Terselubung dari Allah
- Home
- Pengertian Istidraj: Kenikmatan yang Menyesatkan, Ujian Terselubung dari Allah

Pengertian Istidraj: Kenikmatan yang Menyesatkan, Ujian Terselubung dari Allah
Pengertian Istidraj, kita sering melihat orang yang hidupnya penuh dengan kemewahan, harta berlimpah, serta kesuksesan yang luar biasa, tetapi jauh dari kebaikan dan nilai-nilai agama. Mereka tetap mendapatkan berbagai kenikmatan meskipun sering melakukan kemaksiatan dan dosa. Fenomena ini dalam Islam dikenal dengan istilah istidraj.
Istidraj bukanlah tanda keberkahan, melainkan ujian terselubung dari Allah SWT. Kenikmatan yang diberikan justru bisa menjadi hukuman yang ditangguhkan, hingga akhirnya mereka terjatuh dalam kebinasaan.
Apa sebenarnya istidraj? Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena istidraj, dan bagaimana cara menghindarinya? Simak pembahasannya berikut ini.
Pengertian Istidraj dalam Islam

Apa Itu Istidraj?
Pengertian Istidraj berasal dari kata “daraja” yang berarti tingkatan atau bertahap. Dalam konteks Islam, istidraj diartikan sebagai pemberian nikmat secara bertahap kepada orang yang terus menerus berbuat dosa dan maksiat, hingga akhirnya mereka terperangkap dalam hukuman Allah SWT yang datang tiba-tiba.
Dalil Istidraj dalam Al-Qur’an dan Hadis
Konsep istidraj dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW.
Dalil dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-An’am ayat 44:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Pengertian Istidraj Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan berbagai kenikmatan kepada orang yang melupakan peringatan-Nya, tetapi ketika mereka terlalu terlena, azab datang secara mendadak.
Dalil dalam Hadis
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba yang tetap dalam kemaksiatan, ketahuilah bahwa itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menegaskan bahwa jika seseorang mendapatkan banyak kenikmatan tetapi tetap jauh dari Allah, itu bukanlah tanda keberkahan, melainkan jebakan yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam kehancuran.
Ciri-Ciri Orang yang Mengalami Istidraj
Pengertian Istidraj Tidak semua orang menyadari bahwa mereka sedang berada dalam kondisi istidraj. Berikut adalah beberapa ciri-ciri seseorang yang terkena istidraj:

Terus Melakukan Dosa, tetapi Hidupnya Semakin Makmur
Pengertian Istidraj Seseorang yang terkena istidraj tetap mendapatkan harta, jabatan, dan kemewahan, meskipun mereka terus melakukan dosa dan maksiat.
Tanda-tandanya:
- Bisnis atau pekerjaannya berkembang meskipun dilakukan dengan cara yang tidak halal.
- Hidupnya penuh kesenangan duniawi, tetapi semakin jauh dari ibadah dan kebaikan.
- Tidak pernah merasa bersalah meskipun sering melanggar aturan agama.
Tidak Tergerak untuk Bertaubat
Pengertian Istidraj Orang yang mengalami merasa tidak perlu bertaubat karena hidup mereka berjalan lancar dan menyenangkan.
Tanda-tandanya:
- Tidak merasa bersalah atas dosa yang dilakukan.
- Merasa tidak perlu mendekatkan diri kepada Allah.
- Tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki diri.
Merasa Aman dari Azab Allah
Pengertian Istidraj, Seseorang yang terkena istidraj biasanya merasa aman dari murka Allah, padahal kenyataannya mereka sedang dalam bahaya.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 97-98:
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di malam hari ketika mereka sedang tidur? Ataukah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al-A’raf: 97-98)
Tanda-tandanya:
- Tidak merasa takut dengan peringatan Allah.
- Menganggap bahwa semua keberhasilan adalah hasil usahanya sendiri tanpa campur tangan Allah.
- Menganggap bahwa mereka bisa terus hidup dalam kemewahan tanpa konsekuensi.
Bahaya Istidraj dalam Kehidupan
Jika seseorang terus berada dalam kondisi istidraj, maka dampaknya bisa sangat berbahaya, baik di dunia maupun di akhirat.

Kenikmatan yang Tidak Diberkahi
Harta dan jabatan yang diperoleh mungkin melimpah, tetapi tidak membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati. Mereka selalu merasa kurang, hidup dalam kecemasan, dan tidak pernah puas.
Azab yang Datang Secara Tiba-Tiba
Allah bisa mencabut semua kenikmatan yang diberikan secara mendadak, tanpa peringatan. Seperti dalam Surah Al-An’am ayat 44, ketika mereka terlalu terlena dengan kesenangan, Allah mencabut semua itu dan memberikan azab yang tak terduga.
Hati Menjadi Keras dan Sulit Menerima Nasihat
Orang yang mengalami istidraj cenderung menolak kebenaran dan sulit menerima nasihat, bahkan dari orang-orang terdekat.
Menghadapi Kematian dalam Keadaan Su’ul Khatimah
Bahaya terbesar dari istidraj adalah mati dalam keadaan buruk (su’ul khatimah), yaitu meninggal dalam dosa tanpa sempat bertaubat.
Bagaimana Cara Menghindari Istidraj?
Agar tidak terperangkap dalam istidraj, seseorang harus selalu mengoreksi diri dan memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT.

Selalu Bersyukur dengan Kenikmatan yang Diberikan
Pengertian Istidraj Kenikmatan yang diberikan Allah harus selalu disyukuri dengan tetap menjalankan ibadah dan menjauhi dosa.
Perbanyak Istighfar dan Bertaubat
Jika merasa mendapatkan banyak kenikmatan tetapi jarang beribadah, segera bertaubat dan memperbanyak istighfar.
Mengutamakan Akhirat di Atas Dunia
Jangan sampai kesuksesan dunia membuat kita lupa bahwa kehidupan akhirat adalah tujuan utama.
Sering Mengingat Kematian
Mengingat kematian dapat membantu seseorang lebih sadar akan tujuan hidupnya dan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan.
Jangan Terjebak dalam Istidraj: Kenikmatan yang Menyesatkan
Istidraj adalah kenikmatan duniawi yang diberikan Allah kepada orang-orang yang terus berbuat dosa tanpa menyadari bahwa itu adalah bentuk ujian dan hukuman terselubung.
Seseorang yang terkena istidraj sering kali merasa aman dan nyaman dengan kehidupannya, tetapi tanpa sadar mereka sedang berjalan menuju kebinasaan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu introspeksi diri, menjaga ibadah, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan agar tidak terjebak dalam istidraj.
Jangan sampai kenikmatan dunia membuat kita lupa akan akhirat. Hidup yang diberkahi jauh lebih baik daripada hidup dalam kesenangan yang hanya sementara.
- Share